PENDAHULUAN
Tulisan lengkap mengenai penggunaan biji kacang-kacangan sebagai pupuk nabati alternatif telah dimuat dalam jurnal Agrobio Vol.2 no.2 Nop. 2010. Di sini, saya berikan sarinya.
Pertanian organik merupakan pertanian masa depan. Lambat laun, pertanian organik akan menggeser pertanian konvensional. Ini terjadi karena masyarakat mulai sadar bahwa pertanian organik lebih bersahabat dengan manusia dan alam daripada pertanian konvensional yang banyak sekali menggunakan bahan kimia sintetis yang sangat berbahaya. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Di masa depan, selain bergizi tinggi, unsur sehat dan ramah lingkungan pada produk pangan akan menjadi issu penting. Menurut Litbang (2002), metode pertanian organik menjamin produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, kandungan nutrisinya tinggi, dan ramah lingkungan. Keinginan konsumen untuk mendapatkan pangan seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia akan meningkat pesat.
Namun demikian, di Indonesia, perkembangan pertanian organik agak lamban. Petani masih ragu-ragu mengadopsi metode pertanian ini. Ini disebabkan antara lain oleh produksi panen yang diberikan oleh metode pertanian organik sering rendah, tidak setinggi hasil dari pertanian konvensional. Menurut Organik Hijau (2010), kita sering mendengar keluhan petani Indonesia bahwa produktivitas hasil panen pertanian organik rendah dan biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat.
Keluhan rendahnya produktivitas ini dapat dimaklumi karena pertanian organik “mengharamkan” pemakaian input sintetis, termasuk unsur pupuk yang sangat penting dalam produksi pertanian. Sebagai pengganti pupuk sintetis, orang menggunakan pupuk kompos atau pupuk kandang. Menurut Efendi (2010) sumber pupuk pada pertanian organik umumnya berasal dari berbagai biomassa atau bahan organik, seperti sisa tanaman atau hewan.
Bahan organik yang umum digunakan sebagai pupuk sayangnya mempunyai karakteristik mendua. Di satu sisi, pupuk organik tersebut memiliki sifat yang baik, tetapi di sisi lain, pupuk organik tersebut juga memiliki sifat buruk. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) salah satu sifat buruk dari pupuk organik adalah rasio C/N-nya tinggi. Konsekuensi rasio C/N tinggi adalah unsur hara terutama unsur N yang sangat diperlukan oleh tanaman menjadi tidak tersedia bagi tanaman, karena habis dipakai oleh mikroorganisme. Selain itu, secara umum, kandungan unsur hara makro bahan organik yang banyak dipakai petani juga rendah.
Masalah produktivitas tanaman pada pertanian organik ini agaknya berlaku umum. Ini berlaku bagi tanam pangan, perkebunan, dan hortikultura. Pada tanaman hortikultura, khususnya cabe rawit, penerapan pertanian organik juga masih jauh dari maju. Bahkan, sejauh peneliti ketahui, budidaya cabe rawit organik belum pernah terdengar. Keadaan ini perlu dicari jalan keluarnya agar pertanian organik dapat berkembang dengan baik.
Salah satu solusi adalah mencari jenis pupuk organik alternatif baru. Jenis pupuk alternatif ini haruslah memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan organik pada umumnya. Untuk itu, ada beberapa jenis bahan alami non sintetis yang dapat dijadikan sebagai kandidat. Di antara yang potensial adalah biji-bijian dari kacang-kacangan seperti biji kedelai, kacang merah, kacang tanah, dan kacang panjang. Kandidat lainnya adalah produk turunan dari kacang-kacangan, antara lain tempe. Kemungkinan lainnya adalah produk pakan, seperti dedak dan pakan ayam.
Biji kacang-kacangan memiliki kandungan unsur hara makro yang relatif tinggi dibanding dengan bahan organik umum lainnya. Sebagai contoh adalah kacang merah. Menurut Sinergifitness (2010), kacang merah mengandung vitamin B, fosfor, mangan, besi, thiamin, dan protein. Setiap 100 g kacang merah mengandung 9 g protein. Contoh lain adalah kedelai. Menurut Wikipedia (2010) kedelai juga banyak mengandung unsur hara. Setiap 100 g kedelai, terkandung 36,49 g protein, 704 mg fosfor, 1797 mg kalium, dan 280 mg magnesium.
Produk turunan dari kedelai dan pakan juga kaya akan unsur hara. Tempe misalnya mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Menurut Koswara (2010) tempe mengandung kadar protein, lemak, dan karbohidratnya yang sebanding dengan kedelai segar.
Dedak juga merupakan bahan yang potensial. Menurut Zulle (2008) dedak berlimpah ruah ketersediaannya dan juga mempunyai kandungan hara yang tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat. Menurut BB pascapanen (2010) dedak segar mengandung 12 – 15 persen protein dan 20 – 23 persen karbohidrat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jenis pupuk organik alternatif yang setara dan dapat menggantikan pupuk anorganik bagi pertumbuhan tanaman.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur cabe rawit 3 minggu setelah tanam (MST), tidak ada perbedaan yang berarti antara pertumbuhan tanaman cabe rawit yang dipupuk dengan NPK dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman cabe rawit yang dipupuk dengan biji kacang-kacangan, termasuk tempe. Data rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 3 minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 1.
Data pada Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa kondisi pertumbuhan ini konsisten pada semua peubah, baik tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, maupun indeks pertumbuhan relatif (IPR). Ini menunjukkan bahwa indeks pertumbuhan relatif dapat dipakai sebagai wakil dari peubah lainnya.
Pemakaian sebuah peubah yang representatif lebih menguntungkan dibanding dengan banyak peubah, karena lebih mudah dan sederhana dalam pembahasannya. Untuk itu, pembahasan selanjutnya lebih banyak memakai peubah indeks pertumbuhan relatif daripada peubah lainnya.
Bila dilihat dari peubah indeks pertumbuhan relatif, maka terlihat diantara jenis biji kacang-kacangan yang dicoba, justru tempe memberikan pertumbuhan yang paling baik, diikuti secara berturut-turut oleh kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang merah.
Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa kacang panjang dan dedak memberikan pertumbuhan tanaman cabe rawit yang terburuk. Bahkan kendatipun tidak berbeda secara nyata, namun secara visual pertumbuhan yang diberikannya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk sekalipun.
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 3 MST
Perlakuan | Tinggi tanaman | Diameter batang | Jumlah daun | IPR |
Tanpa pupuk | 14.7 ab | 2.27 abc | 11.00 ab | 0.99 ab |
NPK | 18.0 a | 2.83 a | 13.67 a | 1.22 a |
Kedelai | 14.9 ab | 2.40 abc | 12.00 ab | 1.04 ab |
Kacang hijau | 15.1 ab | 2.30 abc | 11.00 ab | 1.00 ab |
Kacang merah | 14.4 ab | 2.23 abc | 9.67 ab | 0.93 ab |
Kacang tanah | 15.0 ab | 2.53 abc | 10.67 ab | 1.02 ab |
Kacang panjang | 12.6 b | 1.97 c | 8.67 b | 0.83 b |
Tempe | 16.1 ab | 2.73 abc | 12.00 ab | 1.11 ab |
Dedak | 13.2 ab | 2.10 bc | 8.67 b | 0.86 b |
BNT0.05 | 5.0 | 0.66 | 4.00 | 0.31 |
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % (uji BNT). IPR = indeks pertumbuhan relatif.
Hasil pengamatan pertumbuhan cabe umur 5 MST menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cabe tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan umur 3 MST. Secara umum, tidak ada perbedaan yang berarti diantara jenis pupuk dari biji kacang-kacang terhadap peubah-peubah pertumbuhan, baik tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, maupun indeks pertumbuhan relatif. Data rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 5 MST disajikan pada Tabel 2.
Namun demikian, susunan peringkat pada indeks pertumbuhan relatif (IPR), terjadi perubahan. Pada IPR 5 MST, diantara jenis biji kacang yang dicobakan, ternyata kacang hijau memberikan pertumbuhan yang terbaik, disusul oleh kedelai, kacang merah, tempe, dan kacang tanah.
Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 5 MST
Perlakuan | Tinggi tanaman | Diameter batang | Jumlah daun | IPR |
Tanpa pupuk | 20.83 ab | 2.80 ab | 18.33 ab | 0.91 ab |
NPK | 28.50 a | 3.63 a | 21.00 ab | 1.15 a |
Kedelai | 25.50 ab | 3.53 a | 20.67 ab | 1.09 ab |
Kacang hijau | 28.83 a | 3.30 a | 24.00 a | 1.17 a |
Kacang merah | 26.50 ab | 3.20 a | 20.33 ab | 1.06 ab |
Kacang tanah | 25.00 ab | 3.20 a | 20.33 ab | 1.04 ab |
Kacang panjang | 17.77 b | 1.83 ab | 15.00 b | 0.70 b |
Tempe | 27.00 ab | 3.20 a | 20.67 ab | 1.07 ab |
Dedak | 18.50 ab | 2.77 b | 15.00 ab | 0.81 ab |
BNT 0.05 | 10.46 | 1.16 | 8.91 | 0.40 |
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % (uji BNT). IPR = indeks pertumbuhan relatif.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kacang panjang segar memberikan pertumbuhan cabe rawit yang terburuk, yang diikuti oleh dedak. Secara visual, IPR kacang panjang dan dedak lebih rendah daripada IPR tanpa pupuk. Keadaan ini serupa dengan keadaan pertumbuhan pada umur 3 MST.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kacang-kacangan yang dicobakan, termasuk produk turunannya (kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tanah, dan tempe) tidak berbeda nyata dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman cabe rawit, baik pada umur pertumbuhan 3 MST maupun 5 MST. Dengan kata lain, biji kacang-kacangan memberikan pertumbuhan yang setara dengan pupuk NPK.
Hasil ini menunjukkan bahwa unsur hara dalam kacang-kacangan dapat juga berperan sebagaimana unsur hara dalam pupuk NPK. Sebagai kita ketahui bahwa biji kacang-kacangan kaya akan unsur hara, terutama protein yang dibutuhkan oleh tanaman. Koswara (2010) menyatakan bahwa kacang-kacangan dikenal sebagai sumber protein dan juga potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral, vitamin B, dan karbohidrat. Demikian juga tempe banyak mengandung unsur hara. Menurut NSRL (2010) tempe adalah sumber protein, lemak tak jenuh, lesitin, kalsium, besi, magnesium, kalium, vitamin B. Kandungan protein tempe dapat mencapai 19 persen.
Namun demikian, penelitian juga menunjukkan bahwa tempe terlihat memiliki pengaruh yang lebih baik pada awal pertumbuhan cabe dan memperlihatkan pengaruh yang menurun pada pertumbuhan lanjut. Ini menunjukkan bahwa tempe cepat kehilangan pengaruh baiknya. Hal ini diduga tempe mengalami degradasi yang cepat sehingga melepaskan unsur hara, terutama N, lebih cepat bagi tanaman. Akan tetapi, di lain pihak, tempe cepat kehabisan unsur hara sehingga tidak tersedia lagi bagi tanaman di umur lanjut. Menurut Wikipedia (2010) beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
Penelitian juga memperlihatkan bahwa, biji kacang-kacangan terlihat memberikan pertumbuhan lebih baik pada umur 5 MST daripada umur 3 MST. Ini menunjukkan bahwa biji kacang-kacangan melepaskan unsur hara secara lambat, terutama bila dibandingkan dengan pupuk NPK atau tempe. Hal ini diduga karena biji kacang-kacangan selain mengandung protein juga mengandung serat yang cukup tinggi sehingga perlu waktu untuk perombakannya. Menurut Koswara (2010), kacang-kacang mengandung unsur serat yang cukup tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kacang panjang segar (bukan biji) dan dedak memberikan pertumbuhan yang kurang baik bagi pertumbuhan cabe rawit. Ini diduga bahwa baik kacang panjang maupun dedak memiliki rasio C/N yang sangat tinggi. Akibatnya, mikroorganisme tanah di sekitar tanaman terdorong merombak bahan tersebut dan berkompetisi dengan tanaman dalam hal pemakaian unsur hara. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahan organik yang mempunyai C/N tinggi akan diserang oleh mikroba untuk memperoleh energi dan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangbiakannya.
Selain itu, jumlah bahan organik yang berlebihan dalam tanah juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan akibat terjadinya penurunan pH tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarief (1986) yang menyatakan bahwa jika bahan organik dalam tanah berlebihan, maka dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Menurut Hanafiah (2005) Pada pH rendah, yaitu di bawah pH 6,5, terjadi defisiensi P, Ca, dan Mg, serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe. Hal senada juga dinyatakan oleh Lingga (1994) bahwa derajat keasaman tanah yang diakibatkan oleh bahan organik yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman menurun.
Akhirnya, hasil penelitian ini bisa menjawab keraguan petani akan produktivitas pertanian organik. Dengan menggunakan pupuk dari biji kacang-kacangan, produktivitas tanaman organiknya berpeluang untuk dapat dipertahankan setinggi produktivitas pertanian konvensional.
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa jenis biji kacangan-kacangan yang potensial untuk digunakan dalam pertanian organik. Secara agronomi, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah memiliki potensi yang sama untuk digunakan. Hal ini merujuk dari pertumbuhan cabe rawit yang diberikannya relatif tidak jauh berbeda.
Namun, secara ekonomi, kacang kedelai dan kacang merah kelihatannya lebih potensial. Ini terutama dilihat dari harga komoditas kacang tersebut. Harga kacang kedelai adalah yang paling murah, diikuti oleh kacang merah. Sebaliknya, kacang hijau adalah yang termahal.
Hal lain yang perlu juga diteliti lebih lanjut di masa mendatang adalah dosis dan waktu pemberiannya. Pada penelitian ini, dosis yang digunakan adalah 50 g per tanaman dengan sekali pemberian. Tentu ini bukanlah dosis yang sudah tepat. Sementara waktu pemberiannya adalah 7 hari setelah tanam yang juga belum tentu sudah tepat.
Khusus untuk dedak yang pada penelitian ini memberikan pertumbuhan yang paling buruk tidaklah harus dibuang begitu saja dari daftar bahan yang potensial. Dengan sedikit modifikasi atau praperlakuan, dedak yang jumlahnya berlimpah ruah di negeri ini, juga tetap merupakan bahan potensial untuk diteliti sebagai pupuk nabati organik.
SIMPULAN
1. Biji kacang-kacangan yang dicobakan, yaitu kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tanah, dan tempe tidak berbeda nyata dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman cabe rawit, baik pada umur pertumbuhan 3 MST maupun 5 MST.
2. Kacang-kacangan memberikan pertumbuhan lebih baik pada umur 5 MST daripada umur 3 MST.
3. Tempe memiliki pengaruh yang lebih baik pada umur 3 MST daripada umur 5 MST.
4. Kacang panjang segar dan dedak memberikan pertumbuhan yang kurang baik bagi pertumbuhan cabe rawit.