ASAL USUL
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman herba tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae, dengan daun berpasang-pasangan dua-dua berbentuk pedang dan rimpang seperti tanduk, beraroma. Tanaman ini diduga berasal dari India.
MANFAAT
Jahe memiliki banyak manfaat. Bagian yang paling banyak bermanfaat adalah rimpangnya, sedangkan daun, batang, dan akarnya belum dimanfaatkan secara baik. Kegunaan rimpang jahe antara lain untuk minyak atsiri, oleoresin, bubuk jahe, asinan, sirup, manisan jahe, jahe kristal dan anggur jahe. Asinan jahe merupakan bahan ekspor yang potensial, dibuat dari jahe putih besar yang dipanen muda, dengan kadar serat rendah. Permen jahe, manisan, sirup, instan, serbat dan sekoteng berasal dari jahe putih kecil yang dipanen tua.
KHASIAT
Jahe banyak digunakan untuk bahan baku obat tradisional (jamu) yang dapat menjaga kebugaran badan. Ramuan jahe merah dapat digunakan untuk obat sinusitis, bronchitis, kolera, rematik, asam urat, batu ginjal, demam, dan masuk angin.
Saat ini jahe juga mulai digunakan untuk obat fitofarmakologi karena kandungan gingerol-nya. Bahan aktif ini diisolasi dari ekstrak jahe yang bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri pada tulang, otot, dan sendi. Secara umum rimpang jahe mengandung beberapa zat aktif yang berkhasiat (Tabel 1)
Tabel 1. Zat aktif dan efek farmakologis-nya dalam rimpang jahe
No. |
Zat Aktif |
Efek Farmakologis |
1 | Limonene | Obat flu |
2 | 1,8 cineole | Mencegah ejakulasi dini
Merangsang ereksi |
3 | 10 dehydroginger dione | Merangsang keluarnya ASI |
4 | Alpha linolenic acid | Anti pendarahan di luar haid
Merangsang kekebalan tubuh Merangsang produksi getah bening |
LINGKUNGAN TUMBUH
Jahe tumbuh baik pada iklim tipe A, B dan C (Schmidt & Ferguson), dengan ketinggian tempat 300 – 900 m dari permukaan laut. Suhu yang diinginkan adalah 25 – 30º C. Curah hujan per tahun yang baik berkisar 2 500 – 4 000 mm, dengan jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7 – 9 bulan per tahun. Intensitas cahaya matahari adalah 70 – 100% atau agak ternaungi sampai terbuka.
Tanah yang baik adalah tanah yang gembur dan subur, bertekstur lempung sampai lempung liat berpasir dengan pH tanah 6,8 – 7,4. Lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian 1 – 3 ton/ha atau dolomit 0,5 – 2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah. Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dibuat teras. Teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng sangat curam.
BUDIDAYA
Bahan tanam (banam), atau disebut juga bibit, yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Banam yang sehat harus berasal dari pertanaman yang sehat, tidak terserang penyakit. Banam berupa rimpang yang digunakan harus cukup tua, minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras, tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat dan menampakkan tanda bernas.
Rimpang yang terpilih untuk dijadikan bibit sebaiknya mempunyai 2 – 3 bakal mata tunas yang baik, bobot sekitar 25 – 60 g untuk jahe putih besar, 20 – 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton, sedangkan jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan bibit 2 – 3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar yang dipanen muda. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan bibit adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga.
Sebelum ditanam, bibit ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikannya yaitu, menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Untuk itu, biasa digunakan wadah atau rak-rak terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan, untuk menjaga kelembaban rimpang. Banam dengan tinggi tunas antara 1 – 2 cm siap ditanam di lapangan.
Lahan, sebelum tanam, harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam 30 cm atau bisa juga dengan mentraktornya. Kemudian, lahan dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Setelah tanah diolah dan digemburkan dibuat bedengan dengan lebar 1 – 1,2 m dengan panjang 10 – 25 m. Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam.
Bibit jahe ditanam sedalam 5 – 7 cm dengan tunas menghadap ke atas. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.
Pupuk kandang yang sudah matang diberikan sebanyak 20 ton/ha, dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Pupuk buatan SP-36 200 – 300 kg/ha dan KCl 100 – 200 kg/ha, diberikan pada saat tanam. Pupuk urea sebanyak 300 – 400 kg/ha, diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian. Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke dua sebanyak 20 ton/ha.
Penyiangan gulma dilakukan secara intensif sejak gulma terlihat banyak tumbuh. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang dapat menyebabkan masuknya benih penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa dari jerami atau sekam atau bahan lainnya.
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan memakai bibit cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.
Pembumbunan mulai dilakukan pada saat tanaman telah membentuk rumpun dengan 4 – 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu terpelihara.
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat, penggunaan bibit sehat, perlakuan bibit sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin. Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.).
PANEN
Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. Tetapi, rimpang untuk bibit dipanen pada umur 10 – 12 bulan. Cara panen dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya dengan menggunakan garpu dan cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton rimpang segar per ha. Calon varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Jahe merah bisa menghasilkan 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%.